Jumat, 21 Januari 2011

Dahsyatnya Paris (short story) By : Irmayani Rizki




"POKOKNYA GUE GAK SETUJU !!!"

"buset dah ne bocah. Suaranya guntur banget !"

“PETIR !!!!” sahutnya kesal.

“pokoknya ke paris.”

“kagak !!!” agni bersikukuh dengan pendiriannya.

“apa salahnya sih ag kita ke paris ?” Tanya ify yang masih mengusap-usap kupingnya yang pengang karena teriakan agni tadi.

“iya nih si agni. Aneh deh lo, kagak bosen lo ke Barcelona mulu.” Sivia manggut-manggut menandakan setuju dengan pernyataan shilla.

“pokoknya gua gak mau ke paris. Terserah deh lo bertiga mau terima atau gak. Bosen gue ke paris.”
Sivia menoyor kepala agni. “bosen kepala lo botak. Lo itu udah dari kelas tiga SMA kagak pernah balik lagi ke sana. Bosan nenek moyang lo.”

Agni jadi gelagapan. Benar kata sivia, semenjak kejadian satu setengah tahun yang lalu, ia paling ogah di suruh balik lagi ke paris. Pasti sial. Buktinya aja waktu terakhir kali ke paris dengan niat jalan-jalan, eh malah dapat kejutan yang besar banget. Agni memutar otaknya mencari alasan. Pokoknya rencana liburan mereka ke paris harus batal. Apapun alasannya.

“diem kan lo ? dasar bocah. Pokoknya ke paris. Titik. Lagian tiketnya juga udah gue beli. Tiga hari lagi kita berangkat.” Ujar ify santai sambil memainkan ujung rambutnya. Semua melongo’ kearah ify. “apaan sih ? gitu banget liatinnya.”

“cepet bener fy dapet tiketnya ? bukannya rencana kita minggu depan berangkatnya ?” sivia bingung sendiri mendengar penjelasan ify.

Shilla manggut-manggut. “lagian kan kampus belum libur fy.”

Ekspresi agni jangan ditanya, ia sudah terkulai pasrah di sofa besar kamar ify. Kalau ify yang udah bertindak, gak ada harapan lagi buat agni untuk membantah dan mengelak. Ia mengutuk dirinya sendiri kenapa liburan semester ini harus ify yang memilih tempat untuk mereka berlibur.

“aduh sivia, shilla sahabatku yang cantik, ify gitu lho. Yang punya bandara kan temen bokap gue. Lagian kampusnya kan punya agni, kemaren gue telpon bokapnya agni minta supaya liburannya dicepetin karena kita mau liburan ke paris. Eh sempet shock dah gue dengan reaksi bokap si agni, semangat bener ngasih izinnya.” Ify tersenyum manis kepada tiga sahabatnya.

Ya iyalah semangat. Gerutu batin agni kesal.

“terserah lo deh fy.” Agni melangkah gontai ke pintu kamar ify. “gue balik duluan. Kita ketemu di bandara tiga hari lagi.”

Setelah mereka bertiga benar-benar mendengar deru mobil agni keluar dari garasi rumah ify, sontak mereka bersorak gembira. Sangat di luar dugaan ternyata ide ify manjur banget.

“hebat lo fy.” Puji sivia.

“ify gitu lho ! abisnya gue ngebet banget mau ke paris. Lagian ya kata bokapnya agni, kita di bolehin nginep di rumah mereka. Kan lumayan dapat tempat tinggal gratis, trus uang buat sewa hotel bisa buat shopping deh.” Keduanya spontan menoyor kepala ify.

“yeeee,,,,dasar ratu belanja. Itu mah emang maunya lo.” Shilla melipat tangannya didada dengan malas. Lalu sedetik kemudian, seperti mengingat sesuatu, ia langsung menatap ify serius. “pesen tiketnya cepetan.”

“tiket apaan ?” Tanya ify polos.

“ya tiket pesawat lah ify.”

“shilla, lo kalo telmi gak usah kebangetan deh. Kan tadi gue udah bilang, tiketnya udah ada. Kampus juga udah libur.” Seru ify santai.

“l,,,lo beneran udah beli tiket fy ?” Tanya sivia ragu. Peristiwa terakhir saat ify beli tiket adalah mereka berempat nyasar ke swiss, padahal tujuan mereka saat itu ke korea.

“iya sivia. Nih.” Ify mengeluarkan empat lembar tiket dari laci mungilnya. Shilla merampas paksa dan langsung meneliti dengan cermat. Lalu ia menghela nafas lega.

“gimana shill ?”

“aman vi. Tiketnya bener. Tujuannya paris tanggal 10 agustus, hari kamis jam 9 pagi.”

Sivia ikutan menghela nafas lega. “10 agustus hari kamis jam 9 pagi.” Lalu tiba-tiba sivia dan shilla melotot bersamaan dan menatap ify membunuh.

“ke,,,kenapa ?”

“IFYYYYYYYYYYYYYY,,,,,INI TIKET UNTUK BESOK ! BUKAN UNTUK TIGA HARI LAGI !!!”

Agni menutup pintu mobilnya dengan kesal. Benar-benar bete sekali dia dengan sikap ify yang seenak jidat. Ia membuka pintu rumah dengan kasar lalu langsung membantingkan diri di sofa raksasanya.

“maaf nona. Tadi tuan muda pulang nyariin nona.”

Agni memalingkan wajahnya malas. “ngapain tu kunyu’ kemari bi ? tumben bener. Kirain udah lupa jalan kesini.”

“katanya mau pamit.”

“jiaahh,,,pamit segala.” Agni meneguk segelas besar air putih dingin yang sudah di siapkan untuknya.

“mereka mau liburan nona.”

“oh,,,biarin deh bi. Kagak usah balik-balik lagi aja sekalian.”

Kriiinnggg,,,,

“gak usah bi. Biar agni aja yang angkat.” Agni berjalan ke meja telpon dekat pintu mini bar-nya.Belum sempat ia mengatakan halo, si penelpon sudah nyerocos dengan histerisnya dan seketika membuat agni mendelik dan membanting kasar gagang telpon mewah kunonya.

“IFYYYYYYYY,,,,GUE BUNUH LO BESOK !!!”

Sebuah mobil Mercedes Benz hitam dengan bodi panjang memasuki gapura besi besar dan sangat mewah. Tak lama kemudian mobil itu berhenti di depan rumah megah bergaya eropa kental. Ify, sivia, dan shilla berdecak kagum melihat bangunan di hadapan mereka. Bukan karena kaget melihat besarnya –soalnya rumah mereka di luar negeri juga gak kalah megah-, tapi mereka berdecak kagum dengan kejutan yang ada di pintu masuk rumah mewah itu.

“ag, lo kok gak bilang-bilang sih ngajak mereka liburan bareng kita ?” Sivia tak sedikit pun melepas pandangannya dari seorang cowok jangkung berkacamata yang memang merupakan pujaan hatinya alias sang pacar.

“lo ngajak cowok gue juga ag ?” celoteh ify riang mendapati pacarnya ada di antara empat cowok ganteng yang berdiri di ambang pintu besar berwarna gold.

“ya ampun ag. Gue sempet stress pas nomor si rio gak aktif. Eh rupanya dia nungguin gue disini. Thankz ya ag udah ngajak pacar-pacar kita.” Shilla mengguncang-guncang bahu agni senang.

Agni hanya bergumam tak jelas. Ia masih terlalu lemas. Tadi di tengah perjalanan kesini mendadak asmanya kambuh. Jadi sekarang ia sama sekali gak ada kekuatan untuk membalas celotehan-celotehan dari sahabatnya. Ia hanya bisa memandang kesal kearah ambang pintu rumahnya.

Ngapain sih tu kunyu’ kemari. Pasti iel nih dalangnya. Awas aja tu anak. Batin agni kesal.
“turun yuk ag.”

“sialan lo. Kenapa lo gak bilang adek lo yang rese’ itu juga liburan ke paris ?”

“sori cakk, gue beneran gak tau.”

“harusnya lo bersyukur ada yang ngurus lo disini cakk.” Celetuk rio usil.

“lo tuh yang bersyukur ada shilla.” Gerutu cakka kesal.

“halo sayang, gimana fly-nya ? gak turbulensi kan ?” alvin langsung memeluk ify, pacarnya, dengan mesra.

“gak kok vin. Yel, bantuin si agni noh. Tadi asma-nya kumat. Tepar noh dia. Gak sanggup bangun.” Ify tersenyum manis ke alvin lalu alvin mengajaknya masuk. Yang lain juga gak jauh beda, shilla-rio malah masih pelukan. Kangen banget kayaknya. Sivia-iel udah colek-colekan dagu. Ckckck,,,

“cakk, tolongin tuh si agni. Masuk yuk vi. Agni biar cakka yang urus.”

Cakka mendengus kesal. Ia melihat agni yang keluar mobil dengan sempoyongan. Alat Bantu pernafasan masih ia letakkan di mulutnya. Wajahnya sedikit pucat. Cakka berlari menghampiri agni saat agni nyaris jatuh saat menginjakan kakinya di anak tangga pertama.

“ngerepotin banget sih lo ?” gerutu cakka kesal.

“gue gak minta lo tolongin.” Balas agni ketus.

“dasar gak tau diri. Sini biar gue gendong. Bisa repot kalo lo gelindingan di tangga. Di mutilasi gue sama kakak lo.” Agni hanya bisa mendengus. Tapi ia pasrah aja di gendong cakka, toh dia juga gak sanggup jalan. Berat banget kepalanya.

Sudah hampir seminggu mereka di paris. Perlahan agni mulai luluh dengan sikap cakka, pun dengan cakka. Semenjak cakka gendong dia, dan lagi ia dan cakka sekamar, keduanya jadi lebih sering terlihat akur.

“tumben bener lo gak adu mulut ama agni ?” celetuk iel.

“gak tau gue. Kasian gue tiap hari marah-marahin dia.” Cakka memerhatikan tingkah lucu agni yang sedang menari-nari di lantai dansa. Yupz, mereka sedang berada di tempat wahana permainan terbesar di paris. Agni, sivia, shilla, dan ify sedang lomba nge-dance. Dan yang cowok-cowoknya ditunjuk sebagai juri.

“lo mulai sayang sama dia cakk ?” Tanya alvin yang sedang mengunyah popcorn. Cakka melihatnya sekilas lalu tersenyum kecil.

“mungkin.”

“jangan-jangan agni udah…"

“udah kok yo.” Jawab cakka tersenyum santai. Iel, rio, dan alvin sontak mengerubungi cakka. Iel malah heboh megangin kening cakka.

“kapan cakk ?”

“semalem.” Jawab cakka –lagi- santai. Matanya tak luput memperhatikan gerak-gerik agni. Sesekali agni terlihat nyaris jatuh, untung dengan gerakan cepat ify berhasil megangin tangan agni.

Alvin refleks menjatuhkan popcornnya. Rio sukses menyemburkan cola yang sudah di mulutnya. Iel ? langsung balik menghadap agni.

“lebay banget ekspresi lo pada.” Komentar cakka.

Iel menatap cakka serius dan penuh selidik. “jujur ! lo gak maksa-maksa dia kan ?”
Cakka menggeplak iel dengan botol minuman yang ia pegang. Iel meringis memegang kepalanya. “sialan lo. Lo kira gue cowok apaan ?!”

“gimana ceritanya si agni mau ? Lo hampir setahun setengah hidup sama dia, dan lo bilang ngomong ama lo aja dia ogah. Malah dia sering ngusir lo ke apartment iel kan ? gimana ceritanya agni tiba-tiba luluh ?” rio manggut-manggut mendengar penjelasan alvin.

Cakka tersenyum simpul. “aduh, gue sama agni gak sesering itu juga kale berantemnya. Kalo di rumah kita akur-akur aja tuh. Kalo si agni lagi PMS aja tuh dia marah-marah sama gue. Dan selama ini, kita gak pernah ada dalam situasi romantis. Dia ngurusin gue kok di rumah, Cuma gue suka sebel aja kalo ngingat dia tu dulunya mantan lo vin, ya jadinya kita sering ribut deh.”

“intinya deh.” Rio gak sabar.

“ini berkat iel. Thankz my bro. gara-gara dia nyuruh gue sama agni sekamar. Ya kejadian deh. Hahaha…”

“gak usah lebay deh lo cakk. Jelasin.” Rio mulai kesal.

“semalam mata si agni tiba-tiba kelilipan, nyaris nangis tu anak. Trus gue tiup-tiupin. Eh malah kebawah suasana. Yah sudahlah. Apa mau dikata. Iya gak, iya gak ?” cakka menaikkan-naikkan alisnya. Ketiga sahabatnya menatapnya bosan.

“mudah-mudahan cepet jadi deh.” Harap cakka.

“jadi apanya ?” alvin menatap cakka bingung. Cakka hanya menjawab dengan senyum.

“eh cakk, emangnya lo gak pernah sekamar ama agni ya ?” rio penasaran,

“gak.”

“setahun setengah ?”

“iya.”

“buset, kagak karatan tuh cakk ?!”

“lo kira besi karatan.” Cakka menoyor kepala rio kesal.

“waduh, setahun setengah si cakka di anggurin ama agni. Kasian lo cakk.”

“yeee,,,sirik lo. Yang penting tiap hari gue dapat kecupan hangat dari agni. Cukuplah. Anggap aja masih pacaran.”

“WHAT ?!!!”


“ag, sebenarnya lo ama cakka ada hubungan pa sih ?"

“kok lo sekamar ama dia ?” Tanya ify polos.

“WHAT ? SEKAMAR ?! KOK BISA ?” agni nyaris terjungklang akibat jeritan sivia dan shilla. Untung ify dengan gerakan cepat megangin agni.

“biasa aja kale ekspresi lo berdua. Jantungan gue.”

“NGAPAIN LO SEKAMAR SAMA SI CAKKA ?” teriak shilla masih shock. Dan hampir saja agni terjungklang lagi. Untung lagi-lagi ify megangin dia.

“apaan sih lo teriak-teriak shill ?” agni mengusap-usap telinganya pengang.

“I,,,ify gak serius kan ag ?” Tanya sivia pelan.

“serius kok. Gue liat sendiri tiap malam cakka masuk kekamarnya agni. Dan tiap pagi cakka keluar dari kamar bareng ama agni.” Jawab ify cepat dan semangat. Seolah-olah itu berita yang menyenangkan. Agni megutuk-ngutuk dirinya karena kurang hati-hati dengan keberadaan ify. Si ify anaknya polos plus jujur mampus.

Shilla dan sivia memelototi agni tajam. Agni bergidik. “lo ngapain ama cakka sekamar ? Kamar rumah lo kan banyak. Kenapa mesti tidur bareng ? oh God, jangan bilang

lo…ama…cakka…udah….AAAAAAAA……AGNI LO GILAAAA !!!!”

Agni menelan ludahnya. Bisa mati di penggal shilla dan sivia dia kalo mereka sampe tau apa yang udah agni lakuin semalam. Sebenarnya sih sah-sah aja. Cuma, sahabatnya-sahabatnya ini belum tau kenyataan yang sebenarnya.

“ya,,,ya,,,gak mungkin lah. Lo,,,lo,,,berdua aneh-aneh aja deh.” Agni berusaha sesantai mungkin.

“syukur deh.” Shilla menghela nafas lega.

Mereka berempat melanjutkan kembali dance-nya. Hingga tiba-tiba ify berkicau lagi.

“oh iya ag, semalam gue kan lewat depan kamar lo, trus gue denger suara-suara aneh gitu deh. Kayak suara desahan. Rumah lo ada hantunya ya ?” agni cuma nyengir garing nanggepin pertanyaan ify. Ia melirik kearah sivia dan shilla, benar saja. Dua sahabatnya itu sudah berkacak pinggang dengat raut yang sangat menyeramkan.

“eh,,,kita udahan aja yuk. Cape’ gue.” Agni berniat turun dari lantai dansa tapi sivia dan shilla menarik tangannya paksa.

“denger ya, dua minggu lagi kasih tespack ke gue. Gue harap hasilnya gak mengecewakan.” Ujar shilla tajam di sertai anggukan pasti sivia. agni hanya bisa tersenyum takut dan mengangguk kuat. Lalu ia ngacir ke tempat cakka cs.


Dua minggu kemudian…

“hoek,,,hoek,,,hoek,,,”

“aduh agni, lo kenapa sih ? keluar donk.” Cakka mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Tadi ia terbangun karena mendengar suara seperti orang muntah-muntah dari kamar mandi. “kok pake di kunciin segala. Buka donk ag. Agni,,,lo kenapa ?”

“hoek,,,hoek,,,hoek,,,”

“agni. Buka gak. Gue dobrak nih.” Cakka bukan lagi mengetuk-ngetuk tapi sudah menggedor-gedor.

Cekleekkk,,,

Agni hampir ambruk saat keluar dari kamar mandi. Untung dengan sigap cakka menahan tubuh agni. Cakka memapah agni ke tempat tidur. Wajah agni pucat dan kelihatan lemah sekali. Cakka membaringkan agni dan meyelimutinya. Tapi sedetik kemudian agni berlari lagi ke kamar mandi dan kembali muntah-muntah.
Cakka menatap kasihan, wajah agni benar-benar pucat. Cakka menahan tubuh agni dari belakang dan memijat-mijat tengkuk agni.

“besok kita ke dokter ya ?” cakka membelai rambut agni halus.

“gue gak pa-pa kok cakk. Rada pusing dikit aja.” Agni berbalik dan memeluk cakka. Sebenarnya kepalanya pusing sekali. Sudah beberapa hari ini ia suka muntah-muntah. Dan itu sangat membuatnya lemas dan pusing.

Cakka membawa agni kembali ke tempat tidur. Ia gak tega ngeliat agni pucat begitu. Cakka menyelimuti agni dan membelai-belai rambut agni. Agni langsung terpejam. Ia gak sanggup lagi membuka matanya lebih lama, kepalanya terlalu pusing.

“gue harap besok lo kasih gue kejutan besar ag.” Lirih cakka lalu mengecup kening agni.

Agni membuka pintu kamarnya dengan kesal. Siapa sih pagi-pagi gini gedor-gedor kamar orang, gerutunya dalam hati.Cekleekkk,,,

“shilla ?” pekik gni tertahan. Ternyata shilla. Dia yang sudah berkacak pinggang dan memegang sesuatu seperti tespack. Tespack ?

Agni mengambilnya dengan kasar. “niat bener lo. Masih pagi juga. Hasilnya pasti nyenengin lo deh.” Seru agni asal.

Shilla curu-curi pandang ke dalam kamar agni. Agni tak terlalu memperhatikan, karena dia sedang membaca cara penggunaan tespack yang shilla berikan. Shilla terbelalak melihat sesosok cowok yang masih tertidur pulas di tempat tidur agni. Shilla langsung memelototi agni tajam.

“siapa tuh di tempat tidur lo ?”

“ya cakka lah. Siapa lagi ?” jawab agni gak sadar. Ia terlalu focus membaca.

Shilla semakin terbelalak. “jadi lo tidur bareng dia ?”

“ya iya lah shill. Kalo bukan tidur sama gue, mau tidur sama siapa coba si cakka ? udah-udah, pergi sana lo. Entar gue kasih liat hasilnya.” Agni menutup kembali pintu kamarnya..

“shilla. Udah bangun sana. Udah pagi noh.” Agni kemudian ngacir kekamar mandi.

Semua sudah di meja makan kecuali agni dan cakka. Mereka berenam makan dalam diem. Tak ada satu pun yang berani buka mulut duluan. Pengaduan shilla barusan cukup membuat mereka menelan ludah dan tak berani berkata apa-apa.

Tak lama kemudian cakka turun dari kamarnya menuju meja makan. Ia tersenyum manis kepada keenamnya.

"pagi semua…”

“agni mana cakk ?” Tanya shilla ketus.

“oh, masih di kamar. Gue di suruh turun duluan.” Jawab cakka santai lalu menyendokan nasi goreng ke piringnya.

“tuh kan, gue bilang juga apa. Pergaulan di luar negeri itu emang gak bagus. Liat tuh si agni, gara-gara gede di paris, seenaknya aja dia tidur ama cowok. Gak takut dosa apa ?” ujar shilla berapi-api. Keempat cowok di hadapan menatapnya bingung.

“biasa aja kali shill. Heboh bener.” Komentar cakka heran.

“ya heboh lah. Kalo temen gue hamil gimana ?”

“bagus malah kalo dia hamil. Jadi punya anak deh gua.” Reaksi cakka sungguh membuat shilla makin geram.

“kok lo malah seneng ?” Tanya sivia heran.

“ya iya donk. Emang itu yang gue mau kok.”

“tapi kan ka……

“CAKKKAAAAAAAAAAAA….” Teriakan agni sukses membuat semuanya tutup telinga. Agni menuruni tangga dengan terburu-buru lalu berlari kearah cakka dan langsung memeluk cakka yang sedang duduk melongo. “gue ada kejutan besar buat lo.” Ujar agni sumringah sambil mengoyang-goyang tubuh cakka yang masih ia peluk. Cakka dan yang lainnya langsung berdiri.

Agni melepas pelukannya. “nih.” Agni menyerahkan tespack yang sedari tadi ia genggam pada cakka. Cakka memperhatikannya dengan teliti. Ada tanda ‘ + ‘ disana. Dan seketika cakka memeluk agni lalu menciumi pipi agni.

“makasih ya ag.” Ujar cakka tak kalah girangnya.

“coba gue liat ?” iel merebut tespack yang di pegang cakka. “waaaa,,,,gue bentar lagi punya ponakan. Mama jadi punya cucu ag.” Iel langsung menyambar hp-nya.

Shilla, sivia, dan ify cengo’ sendiri dengan apa yang mereka saksikan. Apa-apaan ini ?

“woi, apaan nih ?” seru shilla bingung.

“benerkan shill, hasilnya gak mengecewakan.” Kata agni riang. Cakka terus memeluki agni.

“ta,,,tapikan kalian,,,

“makasih ya istri ku sayang.” Seru cakka heboh dan mencium kening agni.

“is,,,istri ?” shilla semakin bingung.

“kapan lo bedua married ?” sivia tak kalah bingung.

“kok gak undang kita ?” pekik ify manyun

“iya. Agni istri gue. Emang lo gak ngasih tau ag ?” agni menggeleng lemah. “lho, kenapa ? pantes aja si shilla suka nanya yang aneh-aneh sama gue. Kenapa lo gak bilang ag ?” cakka menatap mata agni tajam, agni menunduk takut.

“abisnya shilla bilang kita berempat harus married bareng, kalo ada yang married duluan bakal di musuhin.” Jelas agni pelan.

Cakka sontak tertawa dan mengacak-acak rambut agni lalu memeluknya lagi. “yaelah ag. Kirain lo malu punya suami kayak gue.”

“ag, maafin gue. Gue waktu itu Cuma iseng doank ngomong gitu. Maafin gue ya ag.” Sesal shilla. Agni tersenyum lega ternyata shilla gak marah sama dia.

“terus udah berapa bulan lo bedua married ?” Tanya sivia penasaran.

“udah setahun setengah !” sahut cakka dan agni kompak.

“HAH ?!” shilla dan sivia nganga parah.

“waahhhh,,,awet ya. Salut gue.” Seru ify senang lalu memeluki agni memberi selamat. Ekspresi yang aneh. Ckckck…


Satu setengah tahun yang lalu…

“hai ma…rame bener ne rumah ? party nyambut agni ya ?” agni bingung melihat rumah mewahnya sudah di penuhi banyak orang. Di hias pula. Tumben bener dia datang ke paris terus di sambut begini.

"lama bener nyampenya ag ? ganti baju sana.” Mama menyeret agni ke kamarnya. Sudah ada gaun perak tergeletak di atas tempat tidurnya.

Sejam kemudian agni sudah siap dengan gaun dibadannya dan riasan di wajahnya.

“mau ngapain sih ma ?”

“nikah.”

“HAH ? NIKAH SAMA SIAPA ?” agni jadi histeris sendiri.

“sama cakka.” Jawab mamanya santai sambil membenahi lipatan gaun agni.

“CAKKA SIAPA ?”

“foto yang mama kirim tadi pagi. Yang kamu bilang keren itu lho sayang.” Ujar mamanya lagi.
Glekk,,,

Ia menelan ludah. Salah komentar dah gua, batin agni panic.

“lebih manis aslinya.” Celetuk seseorang dari ambang pintu. Agni dan mamanya sontak menoleh.

“eh nak cakka. Sebentar ya sayang, agni rada ribet kalau di suruh pake gaun.” Cakka hanya tersenyum.

“di,,,dia cakka ma ?” Tanya agni takut-takut.

“oke selesai. Cepetan turun sana. Bentar lagi di mulai acaranya.” Cakka mengandeng tangan agni lalu
membimbingnya turun ke bawah.

“gue gak kenal lo.” Bisik agni.

“gue juga. Tadi pagi nyokap gue ngirim foto cewek. Trus gua bilang manis. Trus nyokap gue nyuruh gue kemari. Kirain lagi ada party apaan gitu. Eh taunya gue di suruh married sama lo.” Cakka balas berbisik.

“kok lo terima ?” cakka lebih mendekatkan mulutnya ke kuping agni.

“lo gak liat itu ?” agni mengarahkankan pandangannya ke tempat yang di tunjuk cakka. Astaga,,, dua buah
figura besar tergantung di sana. Satu foto dirinya sedang bermain gitar, satunya foto cakka sedang men-shoot bola ke ring. Dan ada sofa raksasa nan mewah bertengger manis di bawahnya.

“sejak kapan ini semua di siapin ?”

“sebulan yang lalu !” sahut cakka sambil tersenyum manis kepada para undangan. Agni hanya bisa menelan ludah.

Now…

“makanya gue trauma banget ke paris.” Ujar agni lalu menutup album foto putihnya.

“dan bener aja, kita dapet kejutan lagi kali ini. Lebih besar malah.” Sambung cakka mengelus-elus perut agni.

Ify tiba-tiba berdiri dan mengamati agni dari atas hingga bawah. “JADI RANCANGAN GAUN GUE ITU DIPESEN BUAT LO AG ?” ify menatap agni gak percaya lalu perlahan ia mengelus dadanya dan bernafas lega. “gue kira nyokap lo mau kawin lagi.”

Gubraakkkk,,,,,,

Kumat dah si ify

Dua hari kemudian

“Hai, Ag. Kok sepi ?”

Agni berbalik untuk melihat si pemilik suara. Sejenak ia tersenyum kecil kemudian kembali larut dengan majalah yang sedang ia bolak-balik.

“Lagi pada keluar. Lo sih bangunnya telat.” Jawab Agni. Ia masih berkutat dengan majalahnya. Avanged7fold terus saja berteriak-teriak di hadapannya.

“Pada kemana ?”

Alvin membanting diri di samping Agni. Membuat Agni sedikit terlonjak, sesegera mungkin ia melotot pada Alvin yang sudah cengar-cengir.

“Cakka, Rio, Iel lagi ke rumah Oma. Shilla, Sivia, Ify lagi ke Mall.” Agni menjawab seadanya tanpa memandang Alvin.

Alvin hanya manggut-manggut. Kemudian kembali berceloteh.

“Kok lo gak ikut ?”

“Males.”

“Kenapa males ?”

“Males aja.”

“Ada alasannya donk.”

Agni menutup majalahnya dengan sedikit bantingan. Kemudian memicing tajam ke Alvin. Mengganggu.

“Dari dulu ya lo. Dari dulu kalo nanya selalu sampai detail. Gak ngerti privasi banget sih ?” Agni emosi. Moodnya mendadak turun level sampai nol.

Alvin mengerutkan kening.

“Calm down. Dari dulu emosian mulu.”

“Suka-suka gue.” Balas Agni ketus.

“Ternyata efeknya besar juga ya, Ag.” Alvin menerawang. Avenged7fold masih teriak-teriak, kini sudah memasuki bait-bait akhir.

“Iya.”

“Pasti seneng donk ?”

Agni mendengus keras. Sebal juga dia lama-lama mendengarkan ocehan-ocehan Alvin yang gak bonafite seperti ini.

“Kok Ify betah ya sama lo ?” Sindir Agni.

Alvin tersenyum sinis lalu menjawab.

“Soalnya Ify gak emosian kayak lo.”

Agni kembali mendengus. Alvin bikin BT tingkat tinggi.

“Gak usah dengus-dengus gitu juga kali, Ag. Gak bagus untuk pertumbuhan janin.” Ujar Alvin sambil tertawa kecil. Bikin Agni makin BT.

“Bisa gak sih sehari aja gak ngerejokin gue ?” Ketus Agni sambil mendelik tajam. Tapi walaupun begitu tak akan ada efek ngeri atau apalah bagi Alvin. Alvin malah ngakak puas.

“Tampang lo kalau lagi delik-delik gitu lucu deh. Jadi gemes gue.” Segera Alvin mencubit kedua pipi chubby Agni setelah mengucapkan kalimat ungkapan perasaan tadi.

“Sakit, Kokooo.” Pekik Agni. Keceplosan.

Alvin mendadak berhenti tertawa dan menarik tangannya yang masih bersarang di pipi Agni. Ia ambil remote kemudian ia tekan tombol replay. Avenged7fold kembali berteriak-teriak. Kali ini bukan Seize The Day, tapi Dear God.

“Lo masih ingat lagu ini gak ?”  Tiba-tiba Alvin berujar serius.

“Ini lagu kesukaan,,,” Agni menoleh ke Alvin. “,,,kita.” Kemudian ia menunduk. Masa lalu.

Alvin tersenyum, ternyata Agni masih mengingatnya.

“Koko.” Alvin menerawang. “Bukannya kata itu udah kita kubur semenjak satu setengah tahun yang lalu ya, Ag ?”

Alvin menoleh ke Agni, Agni masih menunduk sambil memutar-mutar telunjuknya di sofa. Seperti orang kebingungan.

“Ternyata memang susah ngelupain kenangan.” Alvin berlanjut. Ia serius menatap ke layar televisi.

Cause i’m lonely and i’m tired
I missing you again oh no,,,once again

“Khusus di reff bagian ini, gue selalu nangis. Ironis banget ya ?” Tanya Alvin yang berharap Agni akan mengeluarkan sebuah suara. Tapi Agni tetap diam. “Susah, Ag. Susah banget.”

Beberapa detik Alvin diam. Mencoba mencerna tentang rasa yang ia miliki. Tak tau apakah semua sia-sia, apakah semua hanya kebohongan, apakah semua merupakan kesalahan, dan apakah semua merupakan harta berharga. Alvin mencoba mencerna, tapi hasilnya malah semakin banyak kata ‘apakah’ yang ia hasilkan.

“Itu masa lalu, Al.” Jawab Agni, berusaha tenang.

Alvin tersenyum sinis. “Al ? Gue selalu suka singkatan itu. Singkatan yang hanya pernah terucap dari satu orang.” Alvin menoleh lagi Ke Agni, kali ini mata keduanya bertemu. Saling pandang, saling mencari rasa, saling menerka-nerka, semuanya.

Agni sadar duluan. Ia palingkan wajahnya dari Alvin. Semuanya kembali tergambar secara gamblang. Siluet-siluet itu, kenangan-kenangan, airmata, tawa, teriakan, amarah. Agni menghela nafasnya. Avenged7fold masih berteriak.

“Sinaran mata lo selalu mengebuat gue tenang.” Alvin kembali berujar. Kali ini suaranya agak tercekat. Seperti ada rasa kehilangan.

Agni mengatur nafasnya. Ia memotivasi diri, jangan sampai berlarut-larut. Semuanya sudah tak sama lagi. Antara dirinya dn Alvin hanya bongkahan masa lalu.

Agni menoleh ke Alvin. Ia tersenyum lebar. Seakan-akan mereka tak pernah ada di dalam forum seserius tadi. “Lo pasti belum sarapan. Gue buatin sarapan ya ? Soalnya sarapan yang tadi di buat udah abis.” Celoteh Agni, berusaha keluar dari forum.

“Gue nyaris depresi.” Alvin tetap di forum.

“Mau sarapan apa ? Bilang aja, Vin. Gue lagi kena jin baik nih.” Agni tetap berusaha.

“Ternyata tidur setelah menegak obat tidur itu malah ngebuat kita semakin gak bisa tidur. Setidaknya itu berlaku buat gue.”

“Udah. Lo gak usah sok gak enak. Gue buatin kok. Kan gak tega juga gue liat lo mati kelaparan.” Agni bangkit dan mengecilkan volume televisi. Sekarang MCR sedang berteriak-teriak.

Alvin menghela nafas, kecewa. Percuma masih di forum, toh Agni berusaha keluar dari pembicaraan. Pintar.

“Nasi goreng aja.” Ujar Alvin. Akhirnya.

Agni mengangguk-angguk. Kemudian ia berjalan kearah dapur. Kira-kira lima langkah di belakang Alvin, ia berhenti. Tanpa menoleh, ia berujar. Kembali ke forum.

“Roti panggang aja. Yang gue tau, Al gak bisa makan nasi untuk sarapan.” Agni pun berlalu. Memasuki dapur, mengambil roti, mengolesinya dengan selai coklat, memasukkannya ke dalam microwave, mengatur suhu. Ia menangis. Al dan Koko, dua kata yang ia coba kubur selama satu setengah tahun ini. Tapi nihil. Semua masih terkuak. Sakit.

Alvin tercekat, lalu tersenyum. Agni masih hafal semuanya. Semuanya tentang Al. Alvin mengambil remote dan me-replay Dear God. Ia tak sadar, ada orang yang semakin terisak di depan wastafel saat Avenged7fold melantunkan baris ‘...and how i miss someone to hold when hope begin to fade...’.

Ada rasa yang menyesak, di antara keduanya.


@@@


“Main basket mau gak, Ag ?” Ide gila muncul di otak Alvin. Ia terus mengunyah roti panggang yang di buatkan Agni. Enak.

Agni melotot ganas, seolah berkata ‘Kagak inget kondisi gue ?’. Alvin mengerutkan kening, tapi detik kemudian ia menepuk jidat dengan keras. Ia lempar pandangan ‘gak jadi deh gak jadi’ dengan segera.

“Cakka lama deh. BT gue.” Keluh Agni.

“Kan ada gue, Ag. Kagak di anggap umat banget sih.”

“Gak seru sama lo. Bosen gue.”

Alvin mencibir. “Ya iyalah. Hampir tiga tahun lo bareng sama gue. Tau deh yang mau suasana baru.”

Obrolan kali ini lebih santai. Tak seserius tadi.

“Gak usah mulai deh. Gue lempar saos juga lo.” Ancam Agni sambil mengangkat botol saos. Minta nih si Alvin.

“Nyebut, nyebut. Gak bagus untuk pertumbuhan janin.” Alvin ngakak puas.

Agni manyun dahsyat. Agni segera berdoa dalam hati supaya Cakka cepat pulang. Bisa gila lama-lama nyolot-nyolotan sama Alvin. Sepertinya terkabul.

“Sayang, kamu dimana ?” Cakka berteriak dari pintu depan.

Agni yang mendengar itu langsung berlari menghampiri Cakka. Alvin sempat teriak-teriak panik. Tapi Agni masa bodo dan tetap berlari. Ia langsung memeluk Cakka. Membenamkan mukanya di dalam dekapan Cakka.

“Sudah seabad lamanya kita tak bertemu.” Rio bersyair. Diikuti anggukan semangat dari Iel.

“Kok tiba-tiba meluk gini ?” Tanya Cakka kebingungan. Gak biasanya Agni jadi manja gini ke dia.

Agni manyun. “Gak mau lagi di tinggal di rumah bareng Alvin.” Aku Agni, merengek.

“Kenapa, Ag ?” Rio nimbrung. Iel ngangguk-ngangkuk lagi.

“Alvin nyebelin. Ngerecokin mulu.”

Cakka mengacak-acak lembut rambut Agni. Rio dan Iel segera pengen muntah. Sok mesra. Gak inget apa setahun setengah dianggurin sama Agni ?

“Nanti Alvin-nya aku tegur deh.”

“Marahin sekalian. Terus ceburin ke kolam. Alvin kan gak bisa renang tuh, biarin aja dia mati kelelep. Hatiya kita cincang-cincang, jantungnya kita panggang. Trus makan bareng deh di halaman belakang sambil kemahan.”

Cakka diam di tempat, hp nyaris jatuh dari genggaman.

Rio gosok-gosok kuping, berharap ia yang salah denger,

Iel, dengan santai nepuk pundak Agni dan berujar. Dewasa.

“Hush, gak boleh gitu. Jaga omongan. Kamu gak boleh lagi sembarangan ngomong. Inget kondisi kamu sekarang.” Ujar Iel bijak. Iel pun segera melesat ke kamar mandi terdekat, mual banget ngebayangin kalau dia makan hati dan jantung Alvin beneran.

Alvin ? Masih di meja makan. Sambil megangin dada.

“Bercanda.” Agni nyengir lebar. Semua lega.

“Nyusul ke mall mau gak ?” Usul Alvin yang baru datang dari ruang makan.

Semua mengangguk. BT juga di rumah mulu.


@@@


Tak butuh waktu lama. Akhirnya mereka sekarang jalan bareng di salah satu mall termewah di Paris. Tapi berhubung Alvin orangnya cepat capek dan Agni memang gak boleh capek, jadilah Agni dan Alvin berada di kondisi seperti tadi pagi lagi. Duduk berduaan.

“Sori soal tadi pagi. Gue gak maksud ngebicarain masa lalu.” Ujar Alvin sambil memijati kakinya.

Agni tak langsung menjawab. Ia harus waspada, jangan sampai ada yang mendengar. Setelah memastikan bahwa Cakka masih asyik bertelpon-ria, Agni pun berujar.

“Udah lah, Al. Udah lewat ini.”

“Tapi gue gak bohong, Ag. Gue beneran susah lupain lo.”

Agni berdecak. “Al, jangan kayak anak kecil. Semuanya itu udah beda. Lo udah ada Ify, dan gue udah ada Cakka. Moving On donk. Wake up. Cerita kita Cuma masa lalu. Past. Ok ?”

Alvin melongos. Apa sudah sedemikian gak ada harapan lagi ?

“Kita coba aja lagi ?” Usul Alvin, hati-hati.

Agni segera mendelik. “Al, lo apa-apaan sih ? Kita gak mungkin kayak dulu lagi. Lo kenapa sih ? Kita kan udah janji gak ngomongin ini lagi.”

Lama Alvin terdiam. Kembali mencoba mencerna. Ia lirik Agni yang sudah tidak sabar menanti perkataan darinya. Alvin mengatus nafas, ia tatap Agni lekat-lekat.

“Udah beberapa malam ini gue mimpiin lo.”

“Lalu ?”

“Di dalam mimpi lo kembali jalan sama gue.”

“Trus ?”

“Agni, gue tau lo gak bego.”

Agni berfikir sebentar. “Alvin, itu Cuma mimpi. Just flower of dream. Gak lebih.”

“Tapi itu udah lebih tiga kali. Gue yakin itu ada maksudnya.”

Agni memutar bola matanya. Alvin menanti dengan was-was.

“Gue pernah mimpi bakal kehilangan Cakka. Tiga kali berturut-turut. Tapi nyatanya, Cakka masih sama gue kan ? So, itu Cuma mimpi. Gak lebih.” Ucap Agni, yakin.

Alvin mengangguk-angguk. Sejurus kemudian Alvin tersenyum sinis. “Lo yakin itu gak bakal jadi kenyataan ?”

“Iya. I’m sure.”

“Gue gak. Liat itu.” Alvin menunjuk kebelakang Agni. Agni menoleh. Sukses, Agni menjatuhkan eskrim yang sedang ia pegang.

Mendadak Agni merasa otot-ototnya lemas. Tangannya bergetar. Ada seperti gemuruh yang bersiap menyeruak dari rongga dada. Nafasnya memburu, oksigen berebutan dulu-duluan dengan karbondioksida. Dadanya agak sesak, gejala yang akan membawa sinyal-sinyal ke pupil dan kongjungtiva bergerak cepat, cairan bening siap meluncur.

“Apa perlu gue ulangin persepsi lo tentang mimpi ?”

Agni tetap diam. Pemandangan di depannya membuatnya kehabisan kosa kata.

“Gue rasa lo bisa paham semuanya. Kalau,,,,

“ALVIN DIAM. DIAM. GUE GAK MAU DENGER APAPUN LAGI.” Agni berteriak histeris sambil menutupi kupingnya. Beberapa orang yang lalu-lalang menatap sinis kearah Agni. Agni gak peduli.

“Ag, lo gak pa-pa kan ?”

“GUE BILANG DIAAAAAMMM !!!”

Agni mengambil tasnya. Lalu berlari dengan kencangnya kearah pintu keluar. Pertahanannya jebol. Pipinya basah. Hatinya sakit. Ia tak mempedulikan teriakan-teriakan orang di belakangnya. Apapun ia tabrak. Entahlah. Semua serasa begitu cepat.

Ia memasuki sebuah taksi. Ia bisa melihat Alvin dan Cakka yang menggedor-gedor kaca pintu taksi. Ia tarik paksa tirai yang terikat rapi di sisi pintu taksi.

“Please hurry up.”

“Yes, Mam.”

Taksi pun melaju.


@@@


Boughhh,,,,

Cakka merasakan ujung bibirnya perih. Tapi ia diam saja. Tak menangkis apalagi membalas. Saat ini mereka, kecuali Agni, sedang perang dingin di basement mall yang di gunakan sebagai area parkir.

Boughhh,,,,

Ujung bibirnya kembali perih. Tapi tetap seperti tadi, ia diam dan menerima semuanya begitu saja.

“Gue kan udah bilang, jangan berhubungan lagi sama Oik. Lo tuli, bego atau apa ? Sekarang gini kan jadinya.” Iel berteriak-teriak penuh amarah. Serasa ia ingin menelan Cakka hidup-hidup.

“Agni belum nyampe rumah.” Ujar Sivia memburu. Ia kembali memencet-mencet tombil hp-nya. “Nomornya gak aktif.”

Boughhh,,,,,

Kini giliran Alvin yang menghajar Cakka. Amarahnya sudah memuncak.

“LO ITU GILA !!!” Teriak Alvin. Semua bergidik. Alvin yang selama ini terkesan pemdiam, sabar, dan tenang, mendadak berteriak histeris. Ada apa ini ?

“Vin, kenapa lo jadi ikutan marah ?” Rio bersuara. Ia benar-benar merasa aneh.

Alvin menatap sinis ke Rio. Ia mendadak lupa statusnya sekarang. “Lo nanya kenapa gue marah ? Dia ini,,,,” Alvin menunjuk-nunjuk muka Cakka. “,,,Cakka, sahabat gue, yang gue relain ngambil pacar gue. Yang gue kira bakal jagain baik-baik pacar gue. Tapi sekarang apa ? Gue gak tau pacar gue itu dimana ? GUE GAK TAU.”

Semua shock. Terdiam. Tak menyangka Alvin akan berujar seperti ini. Di pojokan dekat mobil Ify sudah berdiri mematung sambil meremas jemari Shilla, mencoba mencari kekuatan.

“Dia bukan pacar lo lagi. Dia istri gue.” Ujar Cakka, tenang namun tegas. “Jadi lo gak perlu marah atau sok peduli. NGERTI LO ?”

Cakka mendorong tubuh Alvin dan,,,boughhh,,,,,satu bogem mentah mendarat mulus di pipi putih Alvin. Ujung bibirnya langsung menghasilkan darah segar.

Rio dan Iel panik. Kenapa sekarang jadinya malah Cakka dan Alvin yang adu jontos. Shilla, Ify, dan Sivia terpekik melihat perkelahian dua sahabat itu.

Rio berusaha menarik Cakka, dan Iel menarik Alvin. Tapi memang dasar Cakka dan Alvin jago bela diri, keduanya malah pukul-pukulan makin ganas.

“Lo suami gak bisa di pake. Lo gak liat tadi gimana reaksi Agni pas lo dan Oik pelukan, hah ?” Alvin mengoceh seraya melayangkan pukulan-pukulannya ke wajah Cakka.

Cakka merespon. Ia tangkap gepalan Alvin dan ia balik Alvin menjadi di bawah dirinya. Ia pukuli wajah Alvin dengan nafsunya.

“Lo cowok gak tau diri yang masih berani nembak cewek yang udah punya suami. Dimana otak lo, hah ?”

Rio dan iel masih berusaha melerai, tapi keduanya kewalahan. Mereka malah mendapat tonjokan-tonjokan kecil dari Cakka dan Alvin.

“STOOPP !!!”

Kontan Alvin dan Cakka meng-pause layangan tinju mereka.

“Kalian gak mikir apa yang bisa terjadi sama Agni di luar sana ?” Shilla berujar. Ia sudah gak tahan melihat perkelahian gak jelas yang di lakukan Alvin dan Cakka. “Kka, lebih baik sekarang kita cari Agni, bukannya malah tonjok-tonjokan begini.”

Cakka diam. Darah segar mengalir dari pelipisnya.

“Shilla bener. Kita harus cepat cari Agni. Ini udah hampir gelap.” Rio menimpali perkataan kekasihnya itu.

“Ok.” Iel setuju. “Para gadis sama Rio. Dan dua manusia sok hebat ini biar sama gue. Nanti di jalan kita kontek-kontekan.” Iel memberi aba-aba. Semua mengangguk setuju dan langsung memasuki mobil.


@@@


“Gue benaran gak sengaja ketemu Oik tadi, Yel. Dia meluk gue gitu aja. Gue gak sadar kalau Agni ngeliat. Karena awalnya gue sempet ngeliat Agni lagi asyik ngobrol sama Alvin.” Urai Cakka sambil melirik sinis ke Alvin yang duduk di bangku depan.

“Bullshit. Bilang aja lo kangen sama mantan lo itu.” Sela Alvin.

Cakka sudah siap-siap menonjok Alvin lagi, tapi Iel langsung berujar.

“Mobil gue bukan ring tinju.” Iel melirik Cakka dari spion. “Lo yakin ?”

“Yakin, Yel. Lo gak percaya sama gue ? Gak mungkin kan gue sengaja janjian sama Oik buat pelukan begitu. Gue juga masih punya perasaan.”

“Punya perasaan sama Oik maksud lo ?” Alvin kembali menyela.

“Vin, please. Jangan memperkeruh suasana.” Iel kembali melirik Cakka dari spion. “Gue percaya. Lo harus jelasin semuanya sama Agni. Lo tau kan, dengan kondisi dia yang sekarang, dia jadi sensitif.”

Cakka mengangguk cepat. “Gue bakal jelasin sejelas-jelasnya ke Agni.”

“Trus perasaan lo ke Oik gimana ?” Alvin menyela lagi.

“Eh, Vin. Lo belum puas tadi gue tonjokin ? Gue bukan kayak lo yang bisanya Cuma mengkhianati pasangan sendiri.” Balas Cakka, pedas.

“Gak usah sok nasehat deh lo.”

“Harusnya lo itu dapat siraman rohani. Lo gak nyadar gimana sakit hatinya Ify tadi pas lo nyebut Agni sebagai pacar lo ?” Ujar Iel mulai emosi lagi. Cakka mengiyakan.

Sial. Alvin benar-benar lupa. Alvin langsung diam seketika.

“Gak bisa ngomong kan lo ?”

Dalam hati Alvin mengiyakan.

“Kka, coba lo telpon Agni deh. Kali aja dia mau angkat telpon dari lo.”

Cakka segera mengindahkan suruhan Iel. Ia ambil ponsel dari saku celananya, dan langsung men-dial salah satu nama kontak.

Lama,,,,dan diangkat.

“Masih ingat nelpon aku ?” Tanya sebuah suara parau di seberang.

“Sayang, kamu dimana ?”

“Kamu gak perlu tau.” Suara seberang semakin parau. Sesekali terdengar isakan.

“Sayang, aku jemput ya ? Kamu dimana ? Jangan bikin aku cemas donk.” Cakka mengetuk-ngetukkan telunjuknya di kaca mobil.

Suara seberang terdengar menghela nafas. Samar-samar Cakka mendengar alunan suara David Archuleta dari seberang. “Kamu di rumah ?” Tebak Cakka.

“Menurut kamu ?”

“Agni Sayang, kamu di rumah ?” Cakka semakin memburu.

“Dalam lima menit kamu gak nyampe rumah. Kita the end.”

Tut,,,,sambungan terputus.

“Halo, Ag. Agni ? Agni ?”

“Dia di rumah. Cepetan putar arah. Dia Cuma kasih gue waktu lima menit. Ngebut aja, Yel.” Cakka panik. Kembali ia tekan-tekan tombol hp-nya, mencoba menghubungi Agni lagi, tapi nomornya malah tidak Aktif.

Di bangku depan Alvin menatap kosong keluar mobil. Ternyata masa lalunya benar-benar harus di kubur. Di kubur sedalam mungkin. Jangan sampai ada cela untuk di keluarkan kembali. Alvin menutup matanya, mencoba mengingat-ingat masa lalunya bersama Agni untuk terakhir kalinya. Saat dimana ia dan Agni pacaran, saat dimana ia menyusul Agni ke paris dan mendapati Agni sudah menjadi istri sahabatnya sendiri, saat dimana ia nyaris depresi waktu Agni memutuskannya secara sepihak.

Semua tergambar jelas. Kembali. Ia mencoba mengingat bagaimana ia menjadikan Ify sebagai pelariannya, bagaimana ia masih meminta Agni untuk kembali bersamanya padahal Agni sudah menikah, dan bagaimana ia membuat Agni bimbang sehingga Agni enggan tidur dengan suaminya sendiri. Ini semua ulahnya, dia yang selalu menyuntik pikiran Agni dengan omongan-omongannya. Hingga akhirnya mereka berdelapan liburan ke Paris dan suatu perkembangan mengejutkan terjadi diantara Cakka dan Agni.

Lonjakan kegembiraan itu, yang terpancar dari wajah Cakka dan Agni di pagi itu. Semua masih terekan sempurna di ingatan Alvin. Rekaman yang selalu membuatnya ingin membunuh Cakka. Seorang sahabat yang telah menikahi pacarnya.

“Relaain Agni, Vin.” Tepukan halus Iel kembali membawa Alvin ke dunia nyata. Ternyata Alvin gak sadar bahwa mereka telah sampai. Alvin tersenyum tipis. “Agni bukan jodoh lo, terima itu.” Ujar Iel lagi.

Alvin tersenyum kecil. “Gue tau, Yel. Tapi semuanya itu butuh proses.”

Iel melihat keluar mobil. Terlihat Cakka yang berlari-lari menaiki tangga teras rumah demi untuk segera sampai kekamar. “Cakka dan Agni di jodohin dari kecil. Rahasia keluarga, bahkan Agni dan Cakka mengetahui semua itu sejam sebelum ijab kabul di lakukan.”

Alvin tersentak. “Dari kecil ?”

“Iya. Sori, adik gue udah ngebuat lo kecewa. Harusnya gue peringatin lo supaya gak cinta ke Agni, tapi gue gak tega sama lo.”

“Maksud lo ?”

Iel menarik nafas. “Waktu Agni kenalin Ray sama gue, besoknya gue langsung ngabarin Ray kalau Agni udah di jodohin. Ray langsung mundur. Gitu juga yang terjadi sama Debo, Deva, Riko. Tapi entah kenapa, gue gak tega ngelakuin itu ke lo.”

Alvin mengerutkan keningnya. Dengan sabar ia menunggu lanjutan perkataan Iel.

“Gue inget, bukan Agni yang ngenalin lo sama gue, tapi lo sendiri yang ngenalin diri ke gue.” Iel mengatur nafasnya. “Waktu itu gue cek-cok sama Agni, gara-gara dia tau bahwa gue yang nyuruh Riko jauhin dia. Gue nyaris mukul dia, tapi mendadak lo muncul dan nahan tangan gue. Dan lo bilang Agni itu pacar lo.”

Alvin kembali tersentak. Siluet-siluet itu datang lagi.

“Gue salut sama lo. Lo berani nantang gue yang waktu itu masih tergolong sok preman. At least, sejak saat itu kita sahabatan. Gue makin gak tega bilang tentang status Agni yang sebenarnya ke lo.” Iel diam sebentar. Ia tatap Alvin lekat-lekat. “Pas kuliah kita satu kampus, kita ketemu Rio, ketemu Cakka. Kita berempat makin deket. Dan hari dimana Cakka dan Agni harus menikahpun tiba. Semuanya serba buru-buru.”

“Waktu itu lo bilang Agni di opname di salah satu rumah sakit di Paris.” Ujar Alvin, pelan.

Iel mengangguk. “Gue bohong. Itu Cuma supaya lo datang ke Paris. Gue gak tau lagi gimana caranya supaya lo tau status Agni saat itu. Sorry, Vin. Maafin gue dan Agni. Kita beneran gak bisa ngelanggar perintah orang tua. Demi kehormatan keluarga besar.” Tutup Iel. Ia menunduk.

“Kok jadi lo yang mellow sih, Yel ?” Canda Alvin.

“Maafin kita.”

“Maafin gue juga.”

“Sahabat ?”

“Forever.”

Setelah ber-high-five keduanya pun turun dari mobil. Terlihat sudah ada empat orang yang menunggu mereka di depan pintu.

Sahabat. Selamanya.


@@@


Cakka berdiri mematung di belakang Agni yang sedang menatap keluar jendela. Ingin rasanya ia memeluk Agni. Tapi sepertinya waktunya sedang tidak tepat.

“Paris memang penuh kejutan ya ?” Ujar Agni, datar. “Kira-kiraa Paris akan ngasih apa lagi setelah ini ?”

Cakka diam. Ia memilih-milih kata yang tepat untuk membalas perkataan Agni. Cakka gak mau salah sikap lagi.

“Paris ngasih aku harta yang paling berharga.” Ujar Cakka, juga datar.

Suara bening Christina Aguilera memenuhi kamar mewah Agni dan Cakka. Suara yang merdu, namun menusuk. Cakka memilih duduk di tempat tidur. Agni tetap berdiri di ambang jendela, sambil memperhatikan Alvin yang sepertinya sedang meminta maaf pada Ify.

“Paris ngebuat aku kehilangan orang yang paling aku cintai waktu itu. Paris memaksa aku menjaga kehormatan keluarga. Paris memberikan aku kado terindah. Dan hari ini Paris menampakkan aku sebuah kenyataan pahit.”

Cakka tiba-tiba bangkit dan langsung memeluk Agni dari belakang. “Aku dan Oik gak ada hubungan apa-apa lagi. Aku berani sumpah. Tadi itu dia yang meluk aku, bukan aku. Aku minta maaf, Ag. Aku minta maaf.” Cakka meracau.

Agni menarik nafas, berat. Lama baru ia membalas perkataan Cakka.

“Paris terlalu menyimpan banyak kejutan.” Lirih Agni.

Cakka lebih mengeratkan pelukannya pada Agni. “Maafin aku.”

“Jangan lakuin itu lagi, Kka.”

Cakka membalikkan tubuh Agni, ia elus pipi Agni penuh dengan kasih sayang. “Maafin aku. Jangan buat Paris mengakhiri kisah kita begitu saja.”

Agni tersenyum. Ia lingkarkan tangannya di pinggang Cakka. “Paris takkan mampu merampas seorang lagi dari aku. Aku bisa pastiin itu.”

“Jadi kamu maafin aku ?” Tanya Cakka berbinar.

Agni melepaskan lingkaran tangannya lalu berkacak pinggang. “Dengan satu syarat.”

“Anything for you, sweetheart.”

Cakka pun langsung memeluk Agni. Menghilangkan semua rasa ketakutannya saat di basement tadi. Menyirnakan rasa sakit atas tonjokan tadi. Mencoba membelah malam, mengalahkan Paris. Ia bersumpah, Paris tak akan pernah lagi menjadikan kisahnya dan Agni sebagai permainan ludo. Paris yang indah, Paris yang penuh kejutan.


@@@


Sebuah Limosin mewah berhenti tepat di sebuah menara yang amat sangat megah dan mengundang decak kagum itu. Menara Eiffel. Lambang kota Paris. Menara yang tingginya tak bisa di hitung dengan jengkal. Menara yang mempesona. Menara yang mempertemukan cinta siapa saja.

“Untung kita gak punya catatan sejarah di Paris ya, Yo.” Ujar Shilla pada Rio yang sedang asyik menatap menara fenomenal itu.

“Kita juga.” Balas Sivia seraya membenarkan letak kacamata Iel.

“Paris di luar dugaan gue.” Celetuk Ify. Alvin segera merangkulnya.

Kemudian semuanya diam. Udara jam 3 pagi tak membuat mereka semua kedinginan. Ada sesuatu yang menghangatkan, entah apa itu. Semua larut dengan pikiran masing-masing. Mungkin telah ada yang ber-chating-ria dengan salah satu pilar yang ada di menara tersebut. Mungkin.

“Gue benci Paris.” Lirih Agni. Ia menunduk. Mencoba memotivasi pupil dan konjungtiva agar tak mengeluarkan tetesan apapun.

Cakka yang di sebelahnya langsung membawa Agni ke dekapannya, membelai rambut Agni dengan sayang. “Hei, kamu lupa. Kita bawa ini dari Paris.” Cakka menepuk-nepuk lembut permukaan perut Agni.

“Tapi Paris hampir menghancurkan semuanya.”

“Aku janji, Paris tak akan melakukan itu lagi.”

“Janji ?” Agni minta kepastian.

“Janji.” Jawab Cakka, yakin.

“Paris gak akan ada lagi di daftar hidup gue.” Alvin menimpali.

“Paris gak akan bisa ngerusak kisah gue.” Ujar Rio, serius.

“Dan jangan sampai Paris ngebuat kita ketinggalan pesawat.” Iel yang sedari tadi diam ikut buka suara. Dan kali ini semua mengangguk serentak. Limosin-pun melaju. Meninggalkan asap kasat mata. Meninggalkan Eiffel. Meninggalkan Paris. Saat itu juga.

Paris yang indah, Paris yang penuh kejutan, Paris yang takkan lagi jadi pilihan.


@@@


Semuanya seperti api dan lilin, seperti air dalam gelas, seperti kue dalam toples, seperti tumpukan novel yang telah di baca, seperti baterai, seperti sakit deman, seperti flu, seperti parfum, seperti bedak, seperti lipstik, seperti sabun, seperti shampo, seperti umur, seperti sekolah, dan seperti itulah ketidakmauanku atas habisnya sesuatu yang terjadi secara berkala.

Aku ingin seperti tumor, yang terus menggrogotimu yang akhirnya takhluk dan jatuh kegenggamanku selamanya. Tanpa perlawanan.


THE_END
Kamis, 20 Januari 2011

Pacaran again..!!

Pacaran dalam Islam

Kamis, 02/07/2009 16:04 WIBapakah benar dalam islam di perbolehkan pacaran,…???? padahal sudah jelas dlm AL-Quran tidak di terangkan nya adanya pacaran itu! tapi ada sebagian yang menyatakan bahwa pacaran boleh2 aja……
Syla
Source

Jawaban

Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Syla yang dimuliakan Allah swt.
Allah swt menjadikan bahwa kaum laki-laki membutuhkan keberadaan kaum wanita didalam kehidupannya dan memberikan didalam diri kaum laki-laki kecenderungan kepada kaum wanita begitu pula sebaliknya.
Hal demikian bisa dilihat dari ayat-ayat Allah swt yang meminta setiap laki-laki maupun perempuan untuk menjaga pandangannya dari melihat aurat atau sesuatu yang bisa mengundang fitnah dari diri lawan jenisnya. Firman Allah swt :

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ ﴿٣٠﴾
وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ

Artinya : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (QS. An Nuur : 30 – 31)

Tak syak lagi bahwa adanya kecenderungan atau perasaan suka kepada lawan jenis ini menjadikan kehidupan di dunia ini terus berlangsung hingga bergenerasi dan berabad-abad lamanya hingga waktu yang telah Allah tentukan.

Namun demikian islam tidaklah melepaskan kecenderungan, perasaan suka kepada lawan jenisnya dan cara berhubungan diantara mereka begitu saja sekehendak mereka. Islam memberikan batasan dalam hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan mahramnya demi mencegah terjadinya kemudharatan diantara mereka.

Islam tidak membolehkan menumpahkan perasaan suka diantara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya atau sebaliknya dengan cara berpacaran dikarenakan hal itu memberikan peluang kepada setan untuk membisikkan kalimat-kalimat kotornya kedalam diri mereka yang kemudian bisa membuka pintu-pintu 
perzinahan. Firman Allah swt :

Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Israa : 32)

Pintu-pintu zina yang tidak jarang muncul dari perbuatan ini (baca : pacaran) adalah memandang lawan jenis yang bukan mahramnya dan tidak jarang disertai dengan syahwat diantara mereka berdua, saling bersentuhan kulit bahkan tidak jarang berakhir dengan perzinahan. Tepatlah apa yang dikatakan oleh Syauki tentang memandang yang dilarang ini yaitu : “Memandang (berpandangan) lalu tersenyum, lantas mengucapkan salam, lalu bercakap-cakap, kemudian berjanji dan akhirnya bertemu.”
Wallahu A’lam

SUMBER : http://pacaranislamikenapa.wordpress.com/2009/07/27/pacaran-again/

AKHWAT MODIS IKHWAN GENIT

Inih ada tulisan menarik, kelihatannya diambil dari sebuah buku karya Martina Rahmi.
Semoga bermanfaat bagi mereka yg remaja dan juga yg ‘mengaku remaja’ , bagi mereka yg punya anak remaja, juga bagi kita semua.
Hmmmm…begitu tipis dan lembutnya perangkap syaithan dalam ‘merayu’ manusia tuk mengikuti ‘iklan-iklan’ mereka.

QS. Al A’raf 16 -17 :
[16]Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, [17]kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).——————————————————————————————-

Beberapa hari yang lalu inne baca buku tentang batasan pergaulan antara ikhwan dan akhwat. Wah sampai ketawa ketiwi coz memang bener sesuai dengan apa yang ana, tmen temen aktivis alami. Kebnayakan seperti itu. Mudah-mudah bisa nyadar dan terbangun dari kekeliruannya selama ini.
Salah satunya ada yang berisi tentang seorang aktivis dakwah “ikhwan” yang suatu saat mengirimi sms kepada seorang akhwat berikut cuplikannya:
Tetap istiqomah, Ukhti. Selamat berjuang. Semoga Allah menyertai anti.
Sender : Ikhwan +62817xxx
Senyum timbul dari cakrawalanya dengan malu-malu. Serasa ada hangat menyelusup dada dan membuat jantung berdegup lebih cepat. Otaknya pun sekejap bertanya, ”Ada apa? Sungguh, bukan apa-apa. Aku hanya senang karena ada saudara yang menyemangatiku.” Si akhwat menyangkal hatinya cepat-cepat. Dan ia bergegas meninggalkan kamarnya, ada dauroh. Ia berlari sambil membawa sekeping rasa bahagia membaca 
SMS tadi yang sebagian besar bukan karena isinya, melainkan karena nama pengirimnya.

Ana lagi di bundaran HI, Ukhti. Doakan kami bisa memperjuangkan ini.
Sender : Ikhwan +628179823xxx

Untuk apa dia memberitahukan ini padaku. Bukankah banyak ikhwan atau akhwat lain? Nada protes bergema di benaknya. Tapi di suatu tempat, entah di mana ada derak-derak yang berhembus lalu. Derak samar bangga menjadi perempuan yang terpilih yang di-SMS-nya.

Pagi itu, handphone kesayangannya berbunyi.

Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.
Dada membuncah hampir meledak bahagia. Dia bahkan ingat hari lahirku! Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya
Sender : Akhwat +6281349696xxx

Senyum tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia. Ringtone-nya berbunyi lagi.
Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti.
Sender : Ikhwan +628179823xxx
Dia! Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat kali. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar-lah pula.

Cerita di atas tadi selurik gerak hati seorang akhwat di negeri antah berantah yang sang :great:at dekat dengan kita. Gerak hati yang mungkin pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa kecil atau berceletuk pelan, ”Seperti aku nih,” saat membacanya. Hayo ngaku! He he he
Mari kita cermati fragmen terakhir dari cerita tadi. Kalimat SMS keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari lahir (mungkin mencontek dari sumber yang sama he he he). SMS sama tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang dikatakannya.

Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia saat si Gagah yang mendoakan? Semoga selain mengangguk-angguk dan tertawa kecil, kita juga berani memandang dari sudut pandang orang ketiga. Dengan memandang tanpa melibatkan rasa (atau nafsu?), kita akan bisa berpikir dengan cita rasa lebih bermakna.
Konon, cerita tadi terus berlanjut.

Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman dari si ikhwan itu. Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik itu. Menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim SMS padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa? Mengapa???

Dan air mata berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang, yaa!!! dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan SMS, miscall, mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh akhwat lainnya!

Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? Akhwat memang seyogiyanya menyadari dari awal, SMS-SMS yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.

Tetapi para ikhwan juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini. Allahualam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, SMS melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Putih si pengirim, tak menjamin putihnya juga si penerima. Bisa jadi ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa disembunyikan di depan Allah.

Bagi perempuan, SMS-SMS dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, kedipan menggoda, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.
Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu, dan kami ”kaum hawa”- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa dibahasakan lain dengan mudah Ge-Er Jadi, tolong hati-hati dengan perhatianmu itu.

Paling menyedihkan saat ada seorang aktivis yang tiba-tiba berkembang gerak dakwahnya atau semangat qiyamul lailnya karena terkait satu nama. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ketika kita menyandingkan niat tidak karena Allah semata, maka apalah harganya! Apa harganya berpeluh-payah bukan karena Dia, tapi karena dia. Seseorang yang sama sekali bukan apa-apa, lemah seperti manusia lainnya.
Laki-laki dan wanita diciptakan berbeda bukan saling memusuhi, bukan juga saling bercampur tak bertepi, tapi semestinya saling menjaga diri. Secara fisik, emosional, atau kedua-duanya. SMS tampak aman dari pandangan orang lain, hubungan itu tak terlihat mata. Tapi wahai, syetan semakin menyukainya. Mereka berbaris di antara dua handphone itu. Maka dimanapun mereka berada, syaitan tetaplah musuh yang nyata!
Wahai akhwat, bila kau menginginkan SMS-SMS itu, tengoklah inbox-mu. Bukankah disana tersusun dengan manis SMS-SMS dari saudarimu. Saudari-saudarimu yang dengan begitu banyak aktivitas, amanah, kelelahan, dan kesedihan yang sangat memerlukan perhatianmu. Juga begitu banyak teman-temanmu yang belum mengenal Islam menunggu kau bawakan SMS-SMS cahaya untuk mereka.

Ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi SMS-SMS romantis. SMS-SMS yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang sudah dihalalkan kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam semesta.
Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk indah itu.
Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di kampus pelangi. Di depan abi ada beribu bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak ada yang secantik bidadariku di istana Baiti Jannati. Miss u my sweety.
Abi, yang teguh ya, pangeranku, rumah ini terasa gersang tanpa teduh wajahmu. Luv yaa
Ya, hanya untuk dia kita tulis the Pinkest Short Massage Services. SMS-SMS paling merah muda
Nah itu tah yow siapa yang sering smsan ma ikhwan yang genit kayak gitu? wekZZZ… jangan-jangan ana juga terlibat. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.. memang dunia aktivis tidak bisa dikatakn 100 % bersih dari virus merah jambu. Tapi sebenarnya tergantung kitanya bagaimana menyikapi sms merah jambu tersebut.
Jangan terlalu dibawa kehati nurani, anggap aja dia itu memang orang yang suka becanda, ntar kalau benar-benar kita anggap ia bisa – bisa kita gantung diri karena kecewa.
memang sich jatuh cinta itu nggak haram kok… cuma ya itu
cara kita menyikapi atau mengekpresikannya… jangan terlalu terburu-buru…
ntar ada waktunya kok…

Tuk mendapat manfaat lebih…silakan beli bukunya ya !!

http://www.bukukita.com/Cerita-Fiksi/Remaja/64300-AKHWAT-MODIS-IKHWAN-GENIT-:-Agar-Enkau-Lebih-Cantik.htmlb

SUMBER : http://pacaranislamikenapa.wordpress.com/2010/06/01/akhwat-modis-ikhwan-genit/