Jumat, 14 Januari 2011

Kayu Dan Luka

Pernah ada seorang anak lelaki dengan watak buruk. Ayahnya kemudian memberi anak kecil itu sekantung penuh paku. Ia menyuruh anaknya memakukan satu batang paku setiap anaknya kehilangan kendali atas kesabarannya atau saat si anak menyakiti hati orang lain.

Pada hari pertama anak ini memaku 37 batang paku dipagar pekarangan rumahnya. Pada minggu2 berikutnya jumlah paku yg dipakainya dari hari ke hari semakin berkurang. Akhirnya suatu hari anak ini berkata pada ayahnya bahwa ia sudah tidak lagi memaku satu pakupun. Ia merasa lebih mudah menahan diri daripada harus menancapkan paku dipekarangan rumahnya.

Mendengar penuturan anaknya, sang ayah berkata:
"kalau begitu mulai besok setiap kamu bisa menahan diri, memaafkan dan membahagiakan orang lain, kamu bisa mencabut paku2 yg telah kamu tancapkan"

Hari demi hari si anak terus berupaya melakukan kebaikan agar ia bisa mencabut paku2 yg telah ia tancapkan selama ini. Sampai suatu hari, semua paku telah tercabut dan ia berkata lagi pada ayahnya:

"Ayah, semua paku telah tercabut. Aku sudah bisa menahan diri"

Sang ayah tersenyum, kemudian ia ajak sang anak ke pagar pekarangan rumahnya. Sang ayah berkata:
"Nak, lihatlah! Apakah semua paku sudah tercabut?"

Sang anak menimpali,
"Sudah, Ayah. Ayah bisa lihat sendiri!"

Kemudian sang Ayah berkata lagi.
"Sekarang kamu lihat pagar ini, apakah bekas2 paku yg kau tancapkan masih berbekas? Bisakah kamu menghilangkan bekasnya?"

Si anak menggeleng,
"Tidak bisa Ayah!"

"Itulah akibat ketika kamu tidak bisa menahan diri dan melukai orang lain.
Ketika kamu melukai hati orang, kamu seperti menorehkan sebuah luka yg pasti berbekas.

Maka hati-hatilah, jangan kamu melukai orang lain, apalagi orang yg berjasa padamu"

Berjuta-juta orang pernah dan akan terus terluka karena memang itulah wajah kehidupan, kadang tersenyum, memaki.
Sama sekali tidak ada yang salah dengan luka Anda karena itu hanya membuktikan bahwa Anda benar2 sedang menjalani sebuah kehidupan.


Sumber : Nasution Arief Alamsyah, the way to happiness, gramedia: jakarta-

0 komentar:

Posting Komentar