PENDAHULUAN
Keputusan
menunda konsumsi sumber daya atau bagian penghasilan demi meningkatkan
kemampuan menambah/menciptakan nilai hidup (penghasilan dan atau kekayaan)di
masa mendatang merupakan investasi.Dalam bahasa yang lebih filosofis,
segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menciptakan/menambah
nilai kegunaan hidup adalah investasi.Jadi investasi bukan hanya dalam bentuk
fisik, melainkan juga nonfisik, terutama peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM).
Dari pengalaman negara-negara
maju terbukti bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi
adalahbesarnya barang modal dan kualitas sumber dayamanusia.Karena itu jika
sebuah perekonomian ingin maju, perekonomian tersebut harus melakukaninvestasi.
Teori Manajemen Investasi: Karakteristik dan Macam-macam Investasi
Secara umum investasi berarti penundaan konsumsi saat ini
untuk konsumsi di masa yang akan datang. Dengan pengertian bahwa investasi
adalah menempatkan modal atau dana pada suatu asset yang diharapkan akan
memberikan hasil atau akan meningkatkan nilainya di masa yang akan datang. Dari
sini, investasi berarti diawali dengan mengorbankan potensi konsumsi saat ini
untuk mendapatkan peluang yang lebih baik atau besar di masa yang akan datang.
1. Modal
sebagai penentu kekuasaan
2. Waktu yang
tepat untuk menganbil keputusan
karena
investasi adalah hubungan keputusan pada pilihan keuangan atas modal / dana
dengan waktu
Macam-macamInvestasi
antara lain
1. Real Investment
Real investment adalah investasi yang berhubungan dengan bisnis di sektor riil. Dimana aspek ini lebih didominasi oleh industryperbankan.
2. Financial Investment
Sementara Financial Investment adalah investasi yang dilakukan pada aspek keuangan. Seperti obligasi, saham, reksadana, dan pasar modal.
1. Real Investment
Real investment adalah investasi yang berhubungan dengan bisnis di sektor riil. Dimana aspek ini lebih didominasi oleh industryperbankan.
2. Financial Investment
Sementara Financial Investment adalah investasi yang dilakukan pada aspek keuangan. Seperti obligasi, saham, reksadana, dan pasar modal.
Menurut
Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih
aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” Dewasa ini banyak
negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan
investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara,
penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa
atau bahkan penambahan devisa.
Menurut Husnan (1996:5) menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang.Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain.
Namun baik sisi pengeluaran investasi ataupun manfaat yang diperoleh, semua harus dikonversikan dalam nilai uang.
Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama.Analisis rencana investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu metode penjajakkan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan.
Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dilakukan perencanaan investasi yang lebih teliti agar tidak terlanjur menanamkan investasi pada proyek yang tidak menguntungkan.
Berdasarkan (www.sinarharapan.co.id/ekonomi/eureka/2003/021/eur1.html)menyatakan bahwa alasan melakukan investasi adalah sebagai berikut:
a. Produktivitas seseorang yang terus mengalami penurunan.
b. Tidak menentunya lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu saat penghasilan jauh lebih kecil dari pengeluaran.
c. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung mengalami peningkatan.
Tipe Investor Menurut profil Resiko
Tipe-tipe investor menurut profil resiko dalam berinvestasi dapat dideskripsikan berikut (www.danareksa.com/home/index_produk.cfm?act=investasiRepot)
1. Defensive
Investor dengan tipe defensive, investor ini berusaha untuk mendapatkan keuntungan dan menghindari resiko sekecil apapun dari investasi yang dilakukan.Investor tipe ini tidak mempunyai keyakinan yang cukup dalam hal spekulasi, dan lebih memilih untuk menunggu saat-saat yang tepat dalam berinvestasi agar investasi yang dilakukan terbebas dari resiko.
2. Conservative
Investor dengan tipe conservative, biasanya berinvestasi untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan dengan rentang waktu investasi yang cukup panjang, misalnya, untuk pendidikan perguruan tinggi anak atau biaya hidup di hari tua. Investor tipe ini memiliki kecenderungan menanam investasi dengan keuntungan (yield) yang layak saja dan tidak memiliki resiko besar, karena filosofi investasi mereka untuk menghindari resiko.Walaupun investor conservative sering berinvestasi, investor ini umumnya mengalokasikan sedikit waktu untuk menganalisa dan mempelajari portofolio investasinya.
3. Balanced
Investor dengan tipe balanced, merupakan tipe investor yang menginginkan resiko menengah. Investor tipe ini selalu mencari proporsi yang seimbang antara resiko yang dimungkinkan terjadi dengan pendapatan yang dapat diraih. Tipikal investor ini bahwa mereka akan selalu berhati-hati dalam memilih jenis investasi, dan hanya investasi yang proporsional antara resiko dan penghasilan yang bisa diperoleh yang akan dipilih.
4. Moderately aggressive
Moderately aggressive, merupakan tipe investor yang tenang atau tidak ekstrim dalam menghadapi resiko. Investor ini cenderung memikirkan kemungkinan terjadinya resiko dan kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan.Dalam hal ini, investor dengan tipe moderately aggressive selalu tenang dalam mengambil keputusan investasi karena keputusan yang ditetapkan sudah dipikirkan sebelumnya.
5. Aggressive
Investor aggressive, atau biasa disebut 'pemain', adalah kebalikan dari investor conservative. Mereka sangat teliti dalam menganalisa portofolio yang dimiliki.
Semakin banyak angka-angka dan fakta yang bisa dianalisa adalah semakin baik.Investor tipe ini umumnya berinvestasi dengan rentang waktu relatif pendek karena mengharapkan adanya keuntungan yang besar dalam waktu singkat.Walaupun tidak berharap untuk merugi, namun setiap investor aggressive menyadari bahwa kerugian adalah bagian dari permainan.
Jenis-Jenis Investasi
Menurut Senduk (2004:24) bahwa produk-produk investasi yang tersedia di pasaran antara lain:
a. Tabungan di bank
Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan.
b. Deposito di bank
Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian).Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di bank.
c. Saham
Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian keuntungan yang disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain.
d. Properti
Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah.
Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu :
(a) Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa.
(b) Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi.
e. Barang-barang koleksi
Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain-lain. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan menjual koleksi tersebut kepada pihak lain.
f. Emas
Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah mata uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi kenaikan nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga emas.Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.
g. Mata uang asing
Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi.
Investasi dalam mata uang asing lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di pasaran.Di Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif.
h. Obligasi
Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau membiayai suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika membelinya.
Menurut Husnan (1996:5) menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.” Pada umumnya manfaat ini dalam bentuk nilai uang.Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah, mesin, bangunan dan lain-lain.
Namun baik sisi pengeluaran investasi ataupun manfaat yang diperoleh, semua harus dikonversikan dalam nilai uang.
Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama.Analisis rencana investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu metode penjajakkan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan.
Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dilakukan perencanaan investasi yang lebih teliti agar tidak terlanjur menanamkan investasi pada proyek yang tidak menguntungkan.
Berdasarkan (www.sinarharapan.co.id/ekonomi/eureka/2003/021/eur1.html)menyatakan bahwa alasan melakukan investasi adalah sebagai berikut:
a. Produktivitas seseorang yang terus mengalami penurunan.
b. Tidak menentunya lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu saat penghasilan jauh lebih kecil dari pengeluaran.
c. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung mengalami peningkatan.
Tipe Investor Menurut profil Resiko
Tipe-tipe investor menurut profil resiko dalam berinvestasi dapat dideskripsikan berikut (www.danareksa.com/home/index_produk.cfm?act=investasiRepot)
1. Defensive
Investor dengan tipe defensive, investor ini berusaha untuk mendapatkan keuntungan dan menghindari resiko sekecil apapun dari investasi yang dilakukan.Investor tipe ini tidak mempunyai keyakinan yang cukup dalam hal spekulasi, dan lebih memilih untuk menunggu saat-saat yang tepat dalam berinvestasi agar investasi yang dilakukan terbebas dari resiko.
2. Conservative
Investor dengan tipe conservative, biasanya berinvestasi untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan dengan rentang waktu investasi yang cukup panjang, misalnya, untuk pendidikan perguruan tinggi anak atau biaya hidup di hari tua. Investor tipe ini memiliki kecenderungan menanam investasi dengan keuntungan (yield) yang layak saja dan tidak memiliki resiko besar, karena filosofi investasi mereka untuk menghindari resiko.Walaupun investor conservative sering berinvestasi, investor ini umumnya mengalokasikan sedikit waktu untuk menganalisa dan mempelajari portofolio investasinya.
3. Balanced
Investor dengan tipe balanced, merupakan tipe investor yang menginginkan resiko menengah. Investor tipe ini selalu mencari proporsi yang seimbang antara resiko yang dimungkinkan terjadi dengan pendapatan yang dapat diraih. Tipikal investor ini bahwa mereka akan selalu berhati-hati dalam memilih jenis investasi, dan hanya investasi yang proporsional antara resiko dan penghasilan yang bisa diperoleh yang akan dipilih.
4. Moderately aggressive
Moderately aggressive, merupakan tipe investor yang tenang atau tidak ekstrim dalam menghadapi resiko. Investor ini cenderung memikirkan kemungkinan terjadinya resiko dan kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan.Dalam hal ini, investor dengan tipe moderately aggressive selalu tenang dalam mengambil keputusan investasi karena keputusan yang ditetapkan sudah dipikirkan sebelumnya.
5. Aggressive
Investor aggressive, atau biasa disebut 'pemain', adalah kebalikan dari investor conservative. Mereka sangat teliti dalam menganalisa portofolio yang dimiliki.
Semakin banyak angka-angka dan fakta yang bisa dianalisa adalah semakin baik.Investor tipe ini umumnya berinvestasi dengan rentang waktu relatif pendek karena mengharapkan adanya keuntungan yang besar dalam waktu singkat.Walaupun tidak berharap untuk merugi, namun setiap investor aggressive menyadari bahwa kerugian adalah bagian dari permainan.
Jenis-Jenis Investasi
Menurut Senduk (2004:24) bahwa produk-produk investasi yang tersedia di pasaran antara lain:
a. Tabungan di bank
Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan.
b. Deposito di bank
Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian).Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di bank.
c. Saham
Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian keuntungan yang disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain.
d. Properti
Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah.
Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu :
(a) Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa.
(b) Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi.
e. Barang-barang koleksi
Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain-lain. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan menjual koleksi tersebut kepada pihak lain.
f. Emas
Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah mata uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi kenaikan nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga emas.Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.
g. Mata uang asing
Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi.
Investasi dalam mata uang asing lebih beresiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di pasaran.Di Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif.
h. Obligasi
Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau membiayai suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika membelinya.
Terdapat
pengelompokkan jenis-jenis investasi (www.winterthur.co.id/id/winpens3.htm),
yaitu:
1. Deposito berjangka
Simpanan dalam mata uang Rupiah, dengan tingkat suku bunga relatif lebih tinggi dibandingkan jenis simpanan lainnya. Tersedia dalam jangka waktu 1,3, 6, 12, dan 24 bulan.
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan bagian dari upaya BI untuk meredam dan menstabilkan likuiditas yang ada di pasar.
3. Saham
Surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas yang memberikan berbagai hak menurut ketentuan anggaran dasar (shares, stock ).
4. Obligasi
Surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat, guna pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran belanjanya (debenture bond).
5. Sekuritas pasar uang
Sekuritas pasar uang merupakan surat-surat berharga jangka pendek yang diperjualbelikan di pasar uang.
6. Sertifikat hutang obligasi
Merupakan bukti kepemilikan piutang kepada pihak lain. Sertifikat ini dapat diperjualbelikan pada tingkat diskonto tertentu.Sertifikat hutang obligasi ini
merupakan bentuk investasi jangka panjang.
7. Tanah/bangunan
Investasi ini tergolong investasi dalam bentuk property, investasi ini biasanya untuk jangka waktu panjang karena mengharapkan adanya kenaikan dari nilai tanah/bangunan yang telah dibelinya.
8. Reksa dana.
Wadah investasi yang berisi dana dari sejumlah investor dimana uang didalamnya diinvestasikan ke dalam berbagai produk investasi oleh sebuah Perusahaan Manajemen Investasi (Mutual Fund).
Keunggulan dan Kekurangan Setiap Investasi
a. Produk perbankan
(1) Tabungan
Digunakan untuk menyimpan dana nasabah. Dapat memberikan banyak kemudahan, antara lain:
• Likuiditas yang tinggi, dapat diambil kapan saja: counter bank dan ATM
• Kemudahan bertransaksi: pengiriman uang, pembayaran (telepon, kartu kredit, dan lain-lain), penukaran uang, dan lain-lain.
• Dijamin pemerintah, sampai tahun 2006.
Kekurangan:
• Suku bunga yang diberikan sangat rendah, di bawah tingkat inflasi.
• Bunga kena pajak 20% untuk yang di atas Rp 7,5 juta.
(2) Rekening koran (cheque/giro)
Dipergunakan secara luas oleh perusahaan dan perorangan, untuk melakukan transaksi keuangan.
Kemudahan, antara lain:
• Likuiditas tinggi, dapat diambil kapan saja: counter bank pencairan cek.
• Kemudahan bertransaksi: pembayaran ke pihak lain tanpa menggunakan uang tunai dan tanpa harus datang ke bank.
• Dijamin oleh pemerintah.
Kekurangan:
• Tidak ada bunga, hanya terdapat jasa giro yang sangat rendah
• Bunga kena pajak 20%.
(3) Deposito berjangka
Dipergunakan untuk menabung/menyimpan uang dalam jangka waktu tertentu.
Kemudahan, antara lain:
• Suku bunga yang lebih tinggi, sekitar 6%.
• Likuiditas tinggi, dapat diambil kapan saja, meskipun ada jangka waktu
tertentu.
• Dapat dijaminkan: untuk mendapatkan hutang dari bank yang sama.
• Dijamin oleh pemerintah, rate (%) x (# of Days/365) x Nominal x 0.80, 12% x (31/365) x IDR 1,000,000 x 0.80.
Kekurangan:
• Terkena penalti, bila diambil sebelum jatuh tempo
• Bunga kena pajak 20%, di atas Rp 7,5 juta.
Kesimpulan:
Dikarenakan sifatnya dan bunga yang diberikan dari suatu produk perbankan berada di bawah rate inflasi, maka produk perbankan tidak sesuai untuk dipakai sebagai alat investasi.
Kelebihan:
• Akses yang cepat/likuiditas yang tinggi
• Kemudahan bertransaksi
• Jaminan pemerintah
Secara umum, bank idealnya digunakan sebagai tempat melakukan transaksi.
Produk perbankan sangat ideal dipergunakan untuk penempatan dana darurat (emergency fund).
b. Produk investasi
Reksa Dana/Unit Trust
Keunggulan:
• Diversifikasi
• Pilihan investasi yang beragam
• Transparansi
• Peraturan yang ketat
• Biaya yang rendah (subs, redeem, management fee)
• Keuntungan pajak (untuk di Indonesia saat ini)
• Minimum investasi yang rendah.
INVESTASI DALAM KONTEKS EKONOMI MAKRO
Untukmemudahkan
dan memperdalam pemahaman, dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah
investasi fisik, misalnya dalam bentuk barang modal (pabrik dan peralatan),
bangunan dan persediaan barang (inventory).Dengan
pembatasan tersebut, maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai
pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal (capital stock).Yang
dimaksud dengan stok barang modal (barang modal tersedia) adalahjumlah barang
modal dalam suatu perekonomian, pada satu saat tertentu.Untuk mempermudah
penghitungan, umumnya stok barang modal dinilai dengan uang, yaitu jumlah
barang modal dikalikan harga perolehan per unit barang modal.Dengan demikian
barang modal merupakan konsep stok (stock
concept), karena besarnya dihitung pada satu periode tertentu.
Agar tidak terjadi kerancuan dengan kenyataan sehari-hari,
perhitungan investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan
nasional.Yang dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang modal,
bangunan/konstruksi, maupun persediaan barang jadi yang masih baru. Jika seorang
pengusaha membeli pabrik dan bangunan yang pernah dipakaiorang lain, kegiatan
tersebut tidak dapat dihitung sebagai investasi, sebab kegiatan tersebut tidak
menambah stok barang modal yang baru
Investasi merupakan
konsep aliran (flow concept), karena besarnya dihitung selama satu interval periode
tertentu. Tetapi investasi akan mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia (capital
stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang
modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.
a. Investasi ,Dalam Bentuk Barang Modal dan Bangunan
Yang tercakup dalam investasi
barang modal (capital goods) dan bangunan (construction) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian
pabrik-pabrik, mesin‑mesin, peralatan-peralatan produksi dan
bangunan-bangunan atau gedung-gedunf yang baru.Karena daya tahan barang modal
dan bangunan umumnya lebih dar setahun, seringkali investasi ini disebut
sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixed
investment).
Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed investment adalah pembentukan
modal tetap domestik bruto (PMTDB). Besarnya angka PMTDB dapat dilihat path
statistik PDB Indonesia berdasarkan pengeluaran.Data statistik selama sekitar
30 tahur terakhir ini menunjukkan pengeluaran investasi di Indonesia berkisar
30%-40% PDB yang berarti pengeluaran kedua terbesar setelah konsumsi rumah
tangga.
Supaya lebih akurat, jumlah investasi yang perlu
diperhatikan adalah investasi bersih, yaitu PMTDB dikurangi penyusutan (depresiasi).Penyusutan
terhadap barang modal harus dilakukan agar efisiensi ekonomis dari kegiatan
produksi tetap terpelihara, bahkan ditingkatkan. Sebab, semakin tua usia
mesin, produktivitasnya makin rendah. Akibatnya, walaupun secara teknis masih
dapat digunakan, tetapi tidak akan menambah bahkan mengurangi keuntungan
ekonomis. Misalnya, pabrik gula yang mesinnya telah berusia lima puluh tahun,
secara teknis dapat dipakai untuk memproduksi gula. Tetapi produktivitasnya
yang rendah, sementara biaya perawatannya sangat tinggi, menyebabkan secara
ekonomis sudah tidak layak lagi. Lebih balk mesin itu diganti dengan mesin yang
baru, yang menggunakan teknologi yang lebih baru pula.
b. Investasi Persediaan
Berdasarkan berbagai
pertimbangan, perusahaan seringkali harus memproduksi lebih banyak daripada
target penjualan.Misalnya, sebuah pabrik mobil menargetkan penjualan tahun 2000
adalah 50.000 unit.Tidaklah berarti produksinya harus 50.000 unit juga.Umumnya
produksinya melebihi tingkat penjualan.Sebut saja 60.000 unit.Selisih 10.000
unit merupakan persediaan, untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan.Tentu
saja investasi persediaan diharapkan meningkatkan penghasilan/ keuntungan.
Persediaan sebesar 10.000 unit tersebut dikatakan sebagai investasi yang
direncanakan (planned investment) atau
investasi yang diinginkan (intended
investment). Sebab, memang sudah direncanakan sejak awal.
Jika karena suatu hal (misalnya terjadi resesi
ekonomi) jumlah mobil yang terjual hanya 40.000 unit, maka persediaan mobil
menjadi 20.000 unit, lebih besar daripada yang direncanakan. Jumlah mobil yang
tidak terjual sesuai rencana (10.000 unit) bukanlah investasi yang direncanakan
(unintended investment).
Selain
barang jadi, investasi dalam bentuk persediaan bisa juga dilakukan dalam bentuk
persediaan bahan baku dan barang setengah jadi/sedang dalam proses penyelesaian.
Tujuan kebijaksanaan persediaan ini juga tetap dalam konteks meningkatkan
pendapatan atau keuntungan di masa mendatang..
NILAI WAKTU DARI UANG
Investasi
yang dilakukan saat ini tidak serta-merta menghasilkan peningkatan pendapatan
hari ini juga.Dibutuhkan tenggang waktu.Makin tinggi jumlah dan kualitas
investasi, biasanya tenggang waktunya makin panjang.Sebuah restoran yang ingin
memperbesar usahanya dengan membeli gedung baru, meja makan dan peralatan-peralatan
yang baru, membutuhkan tempo kurang dari satu tahun untuk menghasilkan. Tetapi
investasi dalam bentuk pendirian pabrik mobil, mungkin membutuhkan tenggang
waktu sekitar lima tahun. Karena itu, pertimbangan pokok dari keputusan
investasi adalah berapa nilai sekarang (present
value) dari uang yang akan kita peroleh di masa mendatang, atau
berapa nilai uang masa mendatang (future
value) dari jumlah yang kita investasikan saat saat ini.
a.
Nilai Sekarang (Present Value).
Misalkan,
Rudi ditawari sebuah rencana usaha dengan investasi awal sebesar Rp 100 juta.
Berdasarkan proposal, lima tahun kemudian nilai nominal uang yang dia peroleh
adalah Rp 161 juta, Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah nilai Rp 161 juta
lima tahun mendatang itu lebih besar daripada Rp 100 juta saat ini? Jika ya,
proposal usaha tersebut layak diterima.Sebaliknya, jika tidak.Bagaimana kita mengetahui nilai sekarang dari Rp
161 juta tersebut di atas?Hal ini sangat tergantung dari tingkat
pengembalian investasi (investment return)
yang Rudi harapkan.Seandainya, untuk menjalankan usahanya, Rudi
harus meminjam dari bank dengan bunga pinjaman15% per tahun.Rudi berharap
tingkat pengembalian investasi setidak-tidaknya lama dengan 15%.Karena itu
nilai Rp 161 juta harus dideflasi sebesar 15% per tahun.Dalam perhitungan angka
15 % ini merupakan factor diskonto (discount factor).
Jika nilai sekarang dariRp 161
juta yang akan diterima lima tahun mendatang dinotasikan V, nilai Rp 161 juta
adalah X, sedang waktu adalah t, dan faktor diskonto adalah r, maka berdasarkan
manipulasi matematika sederhana, hubungan antara elemen-elemen tersebut
adalah:
X
V (1+r)t.................................................................................................................. (4.1)
Dengan menggunakan data diatas
161
V =__________
(1 +0.15)5
= 80.1
Nilai sekarang dari Rp 161
juta yang akan diterima lima tahun mendatang adalah Rp 80,1 juta. Karena
nilainya lebih kecil daripada investasi awal, yang sebesar Rp 100 juta, proposal usaha
ditolak.Sebab usaha tersebut justru membuat nilai riil uang yang diinvestasikan makin
kecil. Dapat juga dikatakan bahwa return
dari investasi lebih kecil daripada tingkat bunga
pinjaman. Ini bisa dibuktikan dengan menggunakan persamaan eksponensial
sederhana di bawah ini.
Jika nilai Rp 161 juta lima
tahun mendatang dinotasikan sebagai Zt, sedangkan investasi awal dinotasikan
sebagai Z.t7, maka :
Zt= Zo (1+ r)t................................................................................................................................................................................................................................................ (4.2)
Karena nilai Zt, Zo, dan t
sudah diketahui, maka r dapat diketahui. Dengan menggunakan data di atas,
161 =
100 (1+ r)5
log 161 = log 100 + 5 log (1+r)
2,2068 = 2,000 + 5 log (1+r)
5 log (1+r) = 0,2068
log (1+r) = 0,0414
anti log (1+r) = 1,10; r =
0,1 atau 10%.
Tingkat pengembalian investasi ternyata hanya 10% per
tahun, lebih kecil daripada biaya bunga pinjaman yang 15% per tahun.
b. Nilai Masa Mendatang (Future Value)
Menghitung
nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai sekarang
dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat
dari sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap
sama. Dalam kasus di atas, dilihat dari nilai uang masa mendatang, dasar
pengambilan keputusan terhadap proposal yang ditawarkan adalah berapa nilai
lima tahun mendatang dari uang yang diinvestasikan scat ini. Jika nilai Rp 161
juta lima tahun mendatang adalah lebih besar daripada nilai masa mendatang yang
diharapkan, proposal usaha diterima. Sebaliknya, jika tidak (nilainya lebih
kecil).
Jika investasi awal
dinotasikan sebagai A, nilai masa mendatang
yang diharapkanadalah F,waktu
adalah t, dan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan adalah x 15%, maka :
F
= A 91+ r)t …………………………………………………………
(4.3)
Persamaan (4.3) substansinya adalah sama dengan Persamaan
(4.2). Dengan menggunakan data di atas, maka:
F = 100 (1+0,15)5
= 100 (2,01)
= 201 juta
Nilai mendatang (lima tahun
mendatang) yang diharapkan Rudi dari investasi saat ini adalah minimal Rp 201
juta. Sedangkan yang ditawarkan proposal usaha hanya Rp 161 juta, karena
tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan hanyalah 10%.Proposal ditolak.
KRITERIA
INVESTASI
Keputusan investasi
merupakan keputusan rasional, karena keputusan berdasarkan pertimbangan
rasional.
Dalam praktik, digunakan beberapa alat bantu atau kriteria-kriteria tertentu
untuk memutuskan diterima atau ditolaknya rencana investasi. Kriteria-kriteria
tersebut disebut kriteria investasi (investment
criteria).Minimal
ada empat kriteria investasi yang digunakan dalam praktik, yaitu:
a. Payback
Period
b. Benefit/Cost
Ratio
c. Net
Present Value
d. Internal
Rate of Return
a. Payback Period
Payback period (periode pulang pokok) adalah waktu yang
dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas.Jika waktu yang dibutuhkan makin
pendek, proposal investasi dianggap makin baik.Kendatipun demikian, kita harus
berhati-hati menafsirkan kriteria payback
period ini.Sebab
ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (> 5
tahun).Misalnya, investasi perkebunan kelapa sawit baru mencapai titik impas
sekitar 8-10 tahun.Dilihat dari sudut ini, investasi perkebunan kelapa sawit kurang balk dibanding
investasi perkebunan singkong (ubi kayu), karenapayback period investasi kebun singkong mungkin hanya dua
tahunan. Namun dilihat dari sisi yang lain, investasi
perkebunan kelapa sawit jauh lebih menguntungkan dibanding singkong.
b. Benefit/Cost Ratio
(B/C Ratio)
B/C ratio mengukur mans yang
lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding basil (output) yang
diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (cost). Output yang
dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit).Jika
nilai B/C sama dengan 1, maka B = C, output
yang dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C
> 1 maka B < C yang artinya output yang
dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya.Keputusan
menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai
B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang dihasilkan lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan.
c. Net Present Value
(NPV)
Dua
kriteria pertama dapat dihitung berdasarkan nilai nominal (non discounted method).Sayangnya, perhitungan dengan
menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai
waktu dari uang.Bisa saja sebuah proposal proyek, berdasarkan nilai nominal
menghasilkan B/C > 1, padahal nilai sekarangnya sangat kecil.Jika
memperhitungkan nilai waktu dari uang, barangkali B/C < 1.Untuk membuat
hasil lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan (discounted method) seperti
contoh-contoh sebelumnya. Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto
adalah kita dapat langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total
dengan penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present
value.Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai
sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya
total.
d. Internal Rate of
Return (IRR)
Internal
rate of return (IRR) adalah nilai tingkat
pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat
NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka tingkat pengembalian investasi adalah 12%.
Keputusan menerima atau menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan basil
pembandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan (r).Jika
r yang diinginkan adalah 15%, sementara IRR hanya 12%, proposal investasi
ditolak.Begitu juga sebaliknya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI
Sebagai sebuah keputusan yang rasional,
investasi sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu tingkat pengembalian
yang diharapkan dan biaya investasi.
A. Tingkat Pengembalian
yang Diharapkan (Expected Rate of Return)
Kemampuan perusahaan
menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi
internal dan eksternal perusahaan.
a. Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi
internal adalah faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, misalnya
tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan.Ketiga aspek
tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan.Artinya,
makin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM
dan teknologi, maka tingkat pengembalian yang diharapkan makin tinggi.Selain ketiga aspek teknis tersebut di atas,
tingkat pengembalian yang diharapkan juga dipengaruhi oleh faktor
non-teknis, terutama di negara sedang berkembang.Misalnya, apakah perusahaan
memiliki hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatandengan pusat kekuasaan, dan
penguasaan jalur informasi.
b. Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi
eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi
terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi
domestik maupun internasional. Jika perkiraan tentang masa depan
ekonominasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi
meningkat, karena tingkat pengembalian
investasi dapat dinaikkan.
Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang
ditempuh pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan
menaikkan pajak, misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan
akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik
juga menentukan gairah investasi.Jika sosialpolitik makin stabil, investasi
umumnya juga meningkat.Demikian pula faktor keamanan (kondisi keamanan negara).
B. Biaya Investasi
Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah
tingkat bunga pinjaman; Makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi
makin mahal. Akibatnya minat akan investasi makin menurun.
Namun, tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman
rendah, minat akan investasi tetap rendah. Hal ini
disebabkan biaya total investasi masih tinggi. Faktor yang mempengaruhi terutama adalah masalah
kelembagaan.Misalnya, prosedur izin investasi yang berbelit-belit dan lama
(> 3 tahun), menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu
uang dari investasi makin mahal.Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi
lembaga keuangan, tingkat kepastian hokum, dan stabilitas politik.
C. Marginal
Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga dan Marginal Efficiency of
Investment (MEI)
1) Marginal
Efficiency of Capital (MEC),
Investasi
dan Tingkat Bunga
Yang dimaksud dengan Marginal
Efficiency of Capital (MEC) atau
Efisiensi Modal Marjinal (EMM) adalah tingkat pengembalian yang diharapkan (expected
rate of return) dari setiap
tambahan barang modal. Dalam kehidupan sehari-hari sebuah perusahaan, terutama
perusahaan multinasional (MNC) atau konglomerat lokal, sering merencanakan
banyak kegiatan akan investasi sekaligus.
2) Marginal Efficiency of Capital (MEC) dan
Marginal Efficiency of Investment (MEI)
Sama
halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva MEC secara nasional dapat
diturunkan dengan menjumlahkan secara horizontal kurva MEC dari perusahaan
yang ada dalam perekonomian. Misalnya. MEC akan sama besar dengan MEI
pada tingkat bunga tertentu, di mana pembeIian barang modal hanya untuk
menggantikan barang modal yang sudah tidak dapat dipakai lagi. Di
tingkat perusahaan, syarat untuk memelihara keuntungan adalah dengan menjaga
agar tingkat produksi tidak berkurang.Untuk itu stok barang modal tidak boleh
berkurang.Dilihat dari sisi ini, investasi merupakan upaya memelihara stok
barang modal (capital stock
adjustment process).Besarnya
investasi yang harus dilakukan untuk memelihara barang stok adalah senilai
persentase penyusutan dikalikan stok barang modal yang diharapkan. Misalnya,
nilai barang modal yang harus tersedia supaya perusahaan dapat mempertahankan
tingkat produksi adalah Rp 10 miliar, sedangkan penyusutan adalah 10% per
tahun, maka investasi per tahun adalah 10% x Rp 10 miliar = Rp I miliar. Jika
perusahaan ingin meningkatkan keuntungan dengan cara meningkatkan kapasitas
produksi, maka investasi yang dilakukan harus lebih besar daripada Rp 1 miliar,
agar stok barang modal bisa menjadi lebih besar daripada Rp 10 miliar.
Keputusan perusahaan untuk meningkatkan stok barang modal dapat memberikan
dampak positif terhadap total perekonomian, sebab peningkatan stok barang modal
secara nasional akan dapat meningkatkan kegiatan produksi dan juga dapat
memperluas kesempatan kerja
0 komentar:
Posting Komentar